TRADHISI SELAMATAN DI DESA KRIKIL
KECAMATAN PAGERUYUNG KABUPATEN KENDAL
Nama
: Tri Setyoningsih
Nim : 2601413041
Rombel : Dua
(2)
BARITAN
Baritan
merupakan sebuah ritual berupa selamatan yang dilaksanakan setiap malam jum’at
keliwon yang tempanya berada di perempatan
jalan guna untuk meminta keselamatan agar masyarakat yang menempati desa
tersebut selalu diberikan perlindungan dan keberkahan hidup dari Allah SWT.
Tradhisi tersebut dilaksanakan turun-temurun sebagai warisan budaya luhur dari
nenek moyang yaitu semenjak jaman Kyai Wongso Citro. Beliau merupakan seorang
tokoh yang berjasa mengamalkan ajaran islam kepada masyarakat di desa Krikil
saat itu. Ia mendapat amanat dari para wali supaya menyebarkan agama islam di
desa krikil, karena jaman dahulu belum mengenal agama dan kebanyakan
berkeyakinan pada agama hindu-budha.
Gambar 1.1 Baritan
Baritan
dilaksanakan pada malam jum’at keliwon, itu karena masyarakat desa Krikil
khususnya meyakini bahwa setiap malam jum’at itu arwah para leluhur pada pulang
ke tempat tinggalnya di dunia dan mereka berada di sekitar keluarga yang masih
hidup. Masyarakat di desa Krikil masih menjalankan tradisi “nyatu”
untuk menyambut malam jum’at dengan menyiapkan dua jenis air minum yaitu air
kopi panas dan air putih, rokok, makanan kecil berupa apem dan pasung, kembang
boreh dan kinang suruh untuk catu arwah perempuan di rumah masing-masing. Oleh
karena itu masyarakat di desa Krikil sampe saat ini masih melaksanakan tradhisi
tersebut satu minggu sekali dan rutin.
Gambar 1.2 Sesaji Nyatu
Jika
tradhisi Baritan dilaksanakan setiap
satu minggu sekali di malam jum’at itu akan dirasa berat, karena para pemuda
laki-laki dan bapak-bapak mempunyai acara pengajian sendiri yaitu yasinan dan tahlilan pada malam
tersebut. Sehingga tradhisi Baritan ini
dilaksanakan satu bulan sekali pada malam jum’at keliwon saja. Pastinya bukan
hanya masyarakat di desa Krikil yang menganggap malam jum’at keliwon itu sebagai
malam yang sakral dan perlu diperingati. Diyakini bahwa pada malam tersebut
arwah-arwah leluhur pulang untuk mendatangi rumah dan keluarganya di dunia.
Arwah-arwah yang gentayangan tersebut ditakutkan akan mengganggu ketrenteraman
manusia yang masih hidup.
Dengan keyakinan yang seperti itulah, mengapa
masyarakat desa Krikil melaksanakan tradhisi rutin setiap malam jum’at keliwon
guna meminta ketenteraman, keselamatan “tulak-balak”,
agar masyarakat yang menempati suatu desa dapat terjaga dan di jauhkan dari
gangguan makhluk yang tidak terlihat oleh mata manusia melainkan makhluk jahat
juga terkadang ikut serta disitu. Selain tujuan yang telah disebutkan di atas,
keinginan yang lain dari masyarakat desa Krikil adalah ingin merekatkan
hubungan sosial antar individu dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, hingga
orang tua. Jadi yang ikut melaksanakan baritan tersebut adalah seluruh warga
masyarakat dapat turut berpartisipasi.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan
ritual yang sederhana, yaitu selamatan di pimpin oleh mbah Kyai Lebe dengan
sesaji yang dibawa oleh masing-masing orang yang mengikuti berupa makanan
sesuai kuasa orang yang ingin memberikan tersebut. Sedangkan sesaji wajibnya
adalah ingkung ayam jago diatas tampah sebagai pokok terpenting yang harus ada,
nasi tumpeng (bucu), kembang boreh, klubanan urab kelapa, kemudian kerupuk, dan
bubur. Jika di desa Krikil yang biasa bersedekah ingkung sebagai sesaji pokok
adalah Pak Lurah. Ia dengan ikhlas mengamalkan segeluntung ingkung untuk
dipersembahkan dalam ritual Baritan.
Gambar 1.3 Sesaji Baritan
Setelah
syarat-syarat sesaji tersebut sudah lengkap dan terpenuhi, maka di mulailah ritual
Baritan dengan pembukaan pembacaan yang di pimpin oleh mbah Kyai Lebe.
Setelah do’a selesai maka dilanjutkan dengan pertukaran makanan yang dibawa
dari masing-masing orang untuk diberikan kepada orang lain. Hal ini dilakukan
dengan maksud bahwa kita hidup di masyarakat sebagai makhluk sosial harus
saling berbagi apapun yang telah kita miliki hendaknya orang lain dapat ikut
merasakan. Misalnya orang yang berkecukupan mungkin makanan yang dibawa itu
sangat sederhana, sedangkan orang yang ekonominya lebih pastilah setiap hari
dapat membeli makanan yang mahal dan enak-enak. Oleh karena itu bagimana cara
supaya dalam ritual Baritan ini semua masyarakat dapat saling berbagi rejeki.
Makanan yang sudah ditukar-tukar
tersebut kemudian dikumpulkan menjadi satu di tempat yang tersedia yaitu berada
tepat di tengah lingkaran orang-orang yang hendak melaksanakan selamatan.
Kemudian dipersilahkan untuk menikmati makanan yang ada tersebut sebagai rasa
syukur atas nikmat dan rejeki yang diberikan oleh Allah SWT, sehingga malam itu
masih dapat menikmati suasana kebersamaan masyarakat di desa Krikil yang guyub
rukun. Apabila makanan yang telah
dihidangkan dan disantap bersama tadi masih sisa, maka dihimbau supaya dibawa
pulang “mberkat” agar tidak mubadzir.
Tradhisi Baritan berupa selamatan ini diharapkan dapat selalu hidup dan
dilaksanakan oleh masyarakat desa Krikil sebagai kegiatan rutin setiap satu
bulan sekali yaitu malam jum’at keliwon sebagai warisan nenek moyang mbah Kyai
Wongso Citro, agar desa Krikil dapat menjadi desa yang aman, tentram, damai,
dan masyarakatnya dapat hidup guyub rukun dengan jalan rejeki yang mudah
sehingga keberkahan juga keselamatan hidup dapat dicapai bersama.
Analisis
Struktur
Menganalisis
Struktur Deskripsi Tradisi :
1. Nama
Tradisi : Baritan
Bentuk : Ritual yang Berupa Slametan
2. Pelaku
Dalam Tradisi :
1) Mbah Kyai
sebagai pembaca do’a dalam ritual baritan tersebut.
2) Perangkat Desa
sebagai seorang yang mendapat penghormatan dari warga masyarakat. Dalam tradisi
baritan tersebut perangkat desa antara lain Pak Lurah atau Pak RT maupun Pak RW
salah satu mewakili memberikan sambutan sebelum acara baritan dimulai.
3) Warga Desa
disini mempunyai peran yang sangat penting, karena jika tidak ada warga desa
yang turut berpartisipasi maka acara tidak dapat terlaksana. Warga desa di sini
bukan hanya orang tua saja, tetapi mulai dari anak kecil hingga kakek nenek pun
ikut hadir.
3. Peralatan
yang Dipergunakan dalam Baritan :
·
Tumpeng nasi urab maupun nasi kuning
(wajib ada)
·
Ingkung ayam kampung “jago” (wajib ada)
·
Bubur merah putih (tidak wajib ada)
·
Kerupuk (wajib ada)
·
Kembang boreh (tidak wajib ada)
4. Deskripsi
Tata Cara Jalannya Tradisi :
Acara
Baritan dapat segera dimulai apabila Pelaku dalam tradisi sudah hadir semua.
Pelaku dalam tradisi itu membawa sesajinya masing-masing dari rumah yang berupa
kurang lebih seperti pada gambar diatas. Setelah sesaji wajib dan sesaji apapun
yang dibawa oleh masyarakat itu beda-beda, tidak menjadi masalah. Seikhlas dan
semampu dari masing-masing kalangan. Acara dimulai dengan diawali pembacaan
Do’a yang dipimpin oleh Mbah Kyai, kemudian ada sambutan terlebih dahulu yang
disampaikan oleh salah satu perwakilan dari perangkat desa. Biasanya berisi
tentang ucapan terima kasih dan mengingatkan supaya tradisi yang ada ini akan
terus dapat terlaksana setiap sebulan sekali yaitu setiap malam jum’at keliwon.
Setelah sambutan selesai dilanjutkan dengan tukar menukar sesaji yang dibawa
tersebut untuk dikumpulkan di tengah orang-orang yang mengikuti tradisi Baritan
. Kegiatan itu bertujuan untuk rasa saling berbagi dengan apa yang telah dibawa
atau dipunyai. Dan akhirnya sesaji siap untuk dimakan bersama-sama.
5. Makna
atau Simbolik dalam Perilaku dan Peralatan Tradisi :
a. Perilaku
:
-
Mbah Kyai sebagai pembaca do’a dalam
ritual baritan tersebut.
-
Perangkat Desa sebagai seorang yang
mendapat penghormatan dari warga masyarakat. Dalam tradisi baritan tersebut
perangkat desa antara lain Pak Lurah atau Pak RT maupun Pak RW salah satu
mewakili memberikan sambutan sebelum acara baritan dimulai.
-
Warga Desa disini mempunyai peran yang
sangat penting, karena jika tidak ada warga desa yang turut berpartisipasi maka
acara tidak dapat terlaksana. Warga desa di sini bukan hanya orang tua saja,
tetapi mulai dari anak kecil hingga kakek nenek pun ikut hadir.
b. Peralatan
:
-
Tumpeng Nasi Urab yaitu mempunyai sebuah
makna yang diyakini olah sebagian masyarakat khususnya warga Desa Krikil, bahwa
dalam bermasyarakat itu kita harus bisa berbaur dengan siapa saja agar hidup
tentram.
-
Ingkung yaitu mempunyai sebuah makna jika kita sebagai
manusia tidak boleh memiliki sifat ingkar seperti ayam jago yang ingkar kepada
ayam babon, dan juga sebagai permohonan maaf kepada Tuhan Yang Maha Esa
-
Bubur yaitu mempunyai makna
-
Kerupuk
-
Kembang Boreh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar